Riwayat Sarekat Islam Bandung 1912-1916



[No. 401]
Judul : Riwayat Sarekat Islam Bandung 1912-1916
Penulis : Hafidz Azhar
Penerbit : Tandus
Cetakan
: I, September 2021

Tebal
: xvi + 115 hlm
ISBN
: 978-623-96613-1-1



Sejarah pergerakan nasional di Indonesia
dimulai  pada awal abad ke 20 dengan munculnya berbagai organisasi yang
akan menjadi benih-benih nasionalisme Indonesia. Salah satu organisasi yang
menjadi pelopornya adalah Sarekat Dagang Islam yang didirikan pada tahun 1905
oleh KH Samanhudi di Solo dengan tujuan untuk menggalang kerjasama antar
pedagang Islam demi memajukan kesejahteraan pedagang Islam pribumi.



Pada tahun 1912 HOS Tjokroaminoto mengubah nama
Sarekat Dagang Islam menjadi Sarekat Islam agar organisasi tersebut tidak hanya
terbatas untuk para pedagang saja namun terbuka untuk seluruh umat Islam di
Indonesia. Hal itu membuat Sarekat Islam berkembang semakin pesat. Organisasi
Islam ini mengembangkan sayapnya juga di Bandung, dan ke berbagai kota lainnya,
tidak hanya di Pulau Jawa melainkan hingga ke Sumatera, Sulawesi, hingga
Maluku. 



Di tahun itu pula, Tjokroaminoto mengutus dua
orang anggota dari Surabaya untuk menemui tiga orang tokoh di Bandung. Mereka
adalah Suwardi Suryaningrat, Abdul Muis, dan A. Wignyadisastra. Suwardi
Suryaningrat, yang kemudian dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara, didapuk menjadi
ketua Sarekat Islam Bandung (SI Bandung) dengan Abdul Muis sebagai wakil ketua
dan Wignyadisastra sebagai sekretarisnya.



Kehadiran SI Bandung ternyata mendapat sambutan
hangat dari kalangan masyarakat Bandung saat itu, terbukti ketika beberapa kali
mengadakan perkumpulan/rapat akbar, pertemuan tersebut dihadiri oleh banyak
massa bahkan dihadiri oleh para pejabat setempat. 



Walaupun termasuk organisasi yang pernah
mengalami kejayaan di masanya sayangnya tidak banyak orang yang tahu,
penyebabnya mungkin karena belum ada buku yang secara khusus membahas sepak
terjang SI Bandung padahal organisasi massa Syarikat Islam masih eksis hingga
kini termasuk di Bandung. Syarikat Islam pusat  saat ini diketuai oleh
tokoh yang tidak asing lagi yaitu Hamdan Zoelva, yang pernah menjabat
sebagai  Ketua Mahkamah Konstitusi Indonesia periode 2013-2015



Bersyukur kini hadir sebuah buku yang menyajikan
apa dan bagaimana SI Bandung di awal berdirinya hingga tahun 1916. Walau bukan
buku yang secara komprehensif menyajikan kiprah SI Bandung karena berasal dari
artikel-ertikel yang pernah dimuat di BandungBergerak.id 
namun buku ini sangat bermanfaat bagi mereka yang ingin mengetahui SI Bandung
yang selama ini sulit diperoleh karena informasi mengenai SI Bandung tersebar
di beberapa buku sejarah, itupun sepertinya tidak mendetail.



Buku Riwayat Sarekat Islam Bandung 1912-1916 ini
disusun berdasarka kronologis waktu. Dimulai dari bab Riwayat Sarekat Islam
Bandung yang membahas sejarah berdirinya Sarekat Islam Bandung pada 1912 dan dilanjutkan
dengan pidato Suwardi Suryadiningrat selaku ketua SI Bandung dalam Vergadering Propaganda yang digelar pada
9 Februari 1912 yang merupakan momen penting salam perkembangan organisasi SI
Bandung karena membahas visi misi SI dalam membangun kemajuan Pribumi di
Hindia. Di bab ini penulis mengutip nukilan beberapa bagian pidato Suwardi
Suryadiningrat yang membangkitkan semangat kaum Pribumi agar maju dalam hal
perdagangan dan pertanian.



"Saudara-saudara! Dalam
Anggaran Dasar SI ditekankan, perdagangan dan pertanian. Dengan pertolongan
Allah, perdagangan adalah kemajuan bagi seseorang. Mengapa kita melepaskan
senjata itu? Apakah kita terlalu bodoh untuk itu? Itu tidak benar, karena
meskipun sering disebut orang oleh orang Eropa sebagai 'penduduk asli yang
bodoh', beberapa dari kita telah menjadi sosok yang baik di lembaga-lembaga
studi di Belanda. Biarlah dikatakan kepada Anda bahwa kita harus mencari
kekuatan, bahwa kita tidak ingin menjadi 'pribumi yang tidak dapat diandalkan'
seperti yang diambil oleh orang Belanda itu" (De Express 11 Februari 1913)



(hlm 8)



Di buku ini juga dibahas bahwa pekembangan dan
jalannya roda SI Bandung tidak terlepas dari dua sayap pemberitaan SI Bandung
yaitu koran De Express dan Kaoem Moeda yang gencar memberitakan
sepak terjang organisasi ini. Limpahnya berita-berita mengenai SI Bandung
inilah yang dimanfaatkan oleh  penulis  untuk menyusun buku ini
sehingga lewat buku ini kita bisa melihat apa saja yang telah dilakukan SI
Bandung dan sekitarnya beserta tantangan-tantangannya untuk memajukan kaum
pribumi. Tidak hanya dalam hal keagamaan saja melainkan dalam hal sosial,
pendidikan, dsb.



Dalam hal permasalahan sosial  terungkap
bagaimana prostitusi di Bandung pada awal abad ke 20 telah meresahkan
masyarakat sehinga SI bersama organisasi Madjoe Kamoeljan bersatu padu
memberantas prostitusi antara lain dengan digelarnya pertemuan di salah satu
ruangan Bioskop Arendsen de Wolf di alun-alun Bandung. Pertemuan
ini  diperkirakan dihadiri oleh 600 orang dari kalangan Pribumi, bangsa
Eropa, Tionghoa, dan Arab. Selain itu dalam pertemuan yang lain SI Bandung juga
menyoroti masalah  minuman keras di kalangan masyarakat dimana disepakati
agar seluruh perwakilan ranting SI dapat menekan peredaran minuman keras.



Dalam hal pendidikan, SI Bandung mendirikan
sekolah partikelir pertama di wilayah Priangan yang mencampurkan pelajaran
agama Islam dan pelajaran umum. Sekolah yang diberi nama Madrassatoel
Ibtidayah
  diperuntukkan bagi anak-anak miskin dan anak-anak anggota
Sarekat Islam. Pada saat pembukaannya terdapat 181 siswa. Jumlah yang termasuk
besar di masa itu. Sayangnya penulis tidak menyertakan informasi sampai kapan
sekolah yang mendapat sokongan dana dari banyak kalangan dan didukung oleh pemerintah
di masa itu.



Masalah keorganisasian dan tokoh-tokoh yang
terlibat dalam SI Bandung juga mendapat bahasan dalam buku ini. Dalam hal
kepengurusan, selain tokoh terkenal seperti Soewardi Suryadiningrat, Abdoel
Moeis, ternyata Penghulu  Besar Bandung sekaligus pujangga Sunda
 Haji Hassan Mustapa mendapat tempat dalam struktur organisasi SI Bandung
yaitu sebagai Penasehat Urusan Agama. 



Selain itu ada pula dibahas sosok Mas Kandoroean
Partadiredja, sastrawan Sunda yang banyak menulis dongeng-dongeng Sunda dan
akivis pergerakan massa yang namanya cukup dikenal masyarakat luas.
Partadiredja menjadi salah satu tokoh yang diperhitungkan dalam jajaran
kepengurusan SI Bandung. Saat ketua SI Bandung, Suwardi Suryadiningrat mendapat
hukuman diasingkan ke negeri Belanda, Partadiredja menjadi calon terkuat dalam
memimpin SI Bandung. Wignyadisastra,dalam salah satu tulisannya bahkan pernah
menyandingkan Partadiredja sebagai calon Presiden Sarekat Islam Bandung dengan
Haji Hasan Mustapa sebagai penasehatnya karena kedua-duanya sama-sama mempunyai
pengaruh yang kuat di masyarakat, khususnya di wilayah Bandung. 



Selain Suwandi Suryadiningrat, Abdoel Moeis, Haji
Hasan Mustafa, Tjokroaminoto,  nama ketua SI Bandung, Wignyadisastra
banyak berpengaruh pada perkembangan SI Bandung, sayangnya penulis tidak
menyajikan bab khusus tentang Wignyadisastra, salah satu tokoh awal SI Bandung
yang sepertinya paling banyak disebut di buku  ini namun tidak banyak
orang yang mengetahuinya terlebih di masa sekarang. Mungkin ada baiknya jika
buku ini ada kelanjutannya, tokoh Widnyadisastra bisa diberikan tempat khusus.



Buku ini diakhiri dengan 3 buah tulisan tentang
Kongres Central Sarekat Islam di Bandung pada tanggal 17-24 Juni 1916. Di tiga
tulisan ini tergambar dengan jelas suasana kongres yang begitu meriah dimana
siang dan malam ribuan orang memadati Alun-alun Bandung karena di alun-Alun
digelar bermacam-macam dagangan dari makanan hingga hasil ketrampilan yang
konon hasil penjualan dagangan tersebut akan disumbangkan untuk sekolah Madrasatoel
Ithidayah
.



Selain digelarnya barang-barang dagangan,
diadakan juga perlombaan olah raga, diputarnya film-film di bioskop dan
pertunjukan wayang. Kemeriahan kongres ini juga terekam dalam buku Haji
Hasan Mustafa jeung Karya-Karyana
, menurut kesaksiannya, Bandung kala itu
bergitu ramai, para pujangga, aparat pemerintah, dan petinggi-petinggi, dan
tokoh-tokoh penting dari berbagai organisasi dan kalangan berkumpul dalam acara
itu. Menurut laporan koran De Preangerbode ada sekitar 300.000 orang
yang hadir. 



Selalin mengungkapkan kemeriahan-kemeriahan
kongres yang bisa dirasakan oleh masyakarat Bandung, penulis juga mengungkapkan
keputusan-keputusan penting yang dihasilkan. Menurut catatan Haji Hasan
Mustafa, konggres ini menghasilkan 17 permintaan yang akan diserahkan ke
pemerintah untuk ditindaklanjuti antara lain dalam hal pendidikan, sosial
ekonomi, seperti  izin mendirikan sekolah guru agama Islam, dan kemudahan
dalam perizinan membuka tanah. Selain itu dalam konggres ini Tjokroaminoto,
Ketua Sarekat Islam dalam pidatonya yang menggebi-gebu  menyadarkan
peserta konggres akan pentingnya memperjuangkan masyarakat pribumi. 



Selain 20 tulisan tentang Sarekat Islam Bandung
yang secara berkala pernah dimuat di portal BandungBergerak.id, buku ini
juga menyajikan kata sambutan dari Ketua Cabang Syarikat Islam cabang Kabupaten
Bandung. Pilihan yang tepat dari penulis karena hal ini akan menyadarkan
pembacanya bahwa organisasi Islam ini masih eksis di Bandung yang kini bahkan
menjadi salah satu basis terbesar Syarikat Islam di Jawa Barat selain di
Kabupaten Garut. 



Masih banyak hal-hal menarik yang dapat kita
temui dalam buku ini. Dalam periode berdirinya SI Bandung di tahun 1912 hingga
tahun 1916 kita akan banyak melihat bagaimana organisasi  berjuang untuk
kesejahteraan masyarakat pribumi. Di periode ini walau didirikan oleh
tokoh-tokoh pergerakan nasional namun belum terlihat kalau organisasi ini
bergerak ke arah pergerakan politik. Tentunya kita berharap buku ini ada
kelanjutannya agar kita semua tahu apa yang terjadi dan bagaimana kiprah
Sarekat Islam bandung di tahun-tahun setelah Congres Central Sarekat Islam
digelar. 



Akhir kata saya sepakat dengan pemimpin redaksi BandungBergerak.id, Tri Joko Her Riadi
yang dalam kata pengantarnya di buku ini berharap buku ini mampu
memberikan  warna baru bagi pemaknaan Bandung sebagai kota pergerakan.
Saya tambahkan setidaknya buku ini mengingatkan kita semua akan Bandung sejak
awal abad ke 20 dikenal sebagai kota pergerakan!. Pemaknaan yang sepertinya
kini tergeser menjadi sebagai Bandung sebagai kota wisata sehingga membuat
Bandung selalu macet di setiap akhir pekan. 

@htanzil 

Review ini telah dimuat di BandungBergerak.id



tujuan untuk menggalang kerja sama antara pedagang Islam demi memajukan kesejahteraan pedagang Islam pribumi.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sarekat Islam: Pendirian, Perkembangan, dan Perpecahan", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/21/171147069/sarekat-islam-pendirian-perkembangan-dan-perpecahan?page=all.
Penulis : Gama Prabowo
Editor : Serafica Gischa

Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L

menggalang kerja sama antara pedagang Islam demi memajukan kesejahteraan pedagang Islam pribumi.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sarekat Islam: Pendirian, Perkembangan, dan Perpecahan", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/21/171147069/sarekat-islam-pendirian-perkembangan-dan-perpecahan?page=all.
Penulis : Gama Prabowo
Editor : Serafica Gischa

Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L

menggalang kerja sama antara pedagang Islam demi memajukan kesejahteraan pedagang Islam pribumi.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sarekat Islam: Pendirian, Perkembangan, dan Perpecahan", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/21/171147069/sarekat-islam-pendirian-perkembangan-dan-perpecahan?page=all.
Penulis : Gama Prabowo
Editor : Serafica Gischa

Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url

sr7themes.eu.org